Saturday, May 28, 2016

Apa yang dapat kita lakukan untuk menghindari Napas Tak Sedap?

Banyak dari kita khawatir kalau napas kita bau, tapi sulit untuk mendiagnosanya sendiri. Kebersihan mulut adalah kunci untuk mencegah halitosis (bau napas yang tidak sedap).

Banyak dari kita khawatir kalau napas kita berbau tidak sedap.  Bahkan ada pula halitophobia, ketika seseorang meyakini bahwa dia memiliki bau mulut padahal sebenarnya tidak.  Diperkirakan hampir setengah dari kita memiliki bau mulut, yang tampaknya sedikit berlebihan: angka dari “objectionable bad breathdiperkirakan sekitar 2,4% orang dewasa.

Sulit untuk mendiagnosanya sendiri.  Bernapas ke tangan Anda dan kemudian mengendusnya hanya memberitahu Anda apakah tangan Anda bau.  Menjilati bagian belakang pergelangan tangan Anda dan menciumnya setelah 10 detik juga tidak akuratFlossing (membersihkan gigi dengan benang) dan kemudian membauinya hanya mencerminkan makanan yang membusukRasa di mulut Anda tidak berhubungan erat dengan bagaimana bau napas AndaBreath clinics (klinik napas) memiliki mesin seperti halimeters yang mengukur emisi sulfur, namun cara yang paling dapat diandalkan adalah seorang pakar untuk mencium dan menilai tingkat dan jenis bau.

Pada 85% orang, halitosis berasal dari mulut.  Anda mungkin berpikir bahwa hal ini sudah jelas, tapi tonsilitis, refluks asam lambung di oesophagus dan masalah ginjal dan hati juga bisa membuat napas bau.  Bagaimanapun juga, 600an bakteri di dalam mulut terutama bakteri yang memproduksi senyawa belerang yang tidak stabil dari protein - yang biasanya jadi biang keladinya.

Sebuah tinjauan BMJ mengatakan bahwa kebersihan mulut yang buruk yang biasanya disalahkan.  Penyebab yang paling mungkin adalah plak makanan dan bakteri di lidah dan gigi - terutama ketika hal ini menyebabkan peradangan gusi.  Biang keladi utamanya adalah bagian belakang lidah, dan beberapa orang kebetulan punya lekukan/kanal yang memungkinkan lapisan putih menumpuk.  Sebuah lapisan setebal 0,1 mm yang dapat mengurangi oksigen ke lidah, memungkinkan bakteri yang tumbuh cepat tanpa oksigen untuk berkembang dan menghasilkan senyawa bau.

Solusinya

Menyikat gigi dan flossing secara teratur akan mengurangi masalah ini.  Sebuah peninjauan sistematis menemukan bahwa menggosok lidah bisa berhasil - tetapi lakukanlah dengan lembut, dari arah belakang ke depan, karena ada lebih banyak bakteri di area belakang.  Ulasang lain menemukan bahwa obat kumur yang mengandung chlorhexidine gluconate, yang mengurangi kadar bakteri, dapat membantu, terutama setelah menyekat lidah ketika bakteri terpajan dan tidak berdaya (meskipun terlalu banyak obat kumur bisa mewarnai gigi).  Penggunaan sebelum tidur juga dapat bekerja dengan baik, dimana bakteri berkembang biak saat malam hari ketika mulut kering dan kurang mendapatkan oksigen.  

Akan tetapi, semua hal ini harus dilakukan terus menerus.  Mengunyah permen karet bebas gula merangsang air liur dan mengurangi bau mulut dan merupakan sebuah 'penyelamat' yang baik pada siang hari.


Via: The Guardian